Kisah 7 Atlet Paralayang yang Terkubur Reruntuhan Gempa Palu
Kisah 7 Atlet Paralayang yang Terkubur Reruntuhan Gempa Palu
Tujuh atlet paralayang yang mengikuti kejuaraan Palu Nomoni 2018 belum ditemukan pascagempa berkekuatan 7,4 magnitudo yang mengguncang Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah.
"Informasi terbaru yang kami dapatkan, saat ini tim Basarnas sudah ada di lokasi hotel Roa-roa tempat atlet menginap, tetapi evakuasi masih menggunakan alat seadanya," kata Ketua Paralayang Indonesia, Wahyu Yudha saat dihubungi Antara di Bogor, Minggu.
Tujuh atlet paralayang yang belum ditemukan ini satu orang bernama Dong Jin asal Korea. Sisanya adalah atlet Indonesia yakni Reza Kambey, Ardi Kurniawan, Fahmi Malang, Glen Mononutu, Franky Kowas, dan Petra. Reza Kambey dan Ardi Kurniawan adalah dua atlet yang ikut dalam Pelatnas Asian Games 2018.
Selain ketujuh atlet ini, ada tiga orang pendamping kegiatan yang juga belum ditemukan, diduga masih tertimbun reruntuhan hotel Roa-Roa Palu.
Yudha menjelaskan, pada tanggal 25 September, Paralang Indonesia mengadakan kegiatan lomba 'cross country' (Xc) atau lintas alam di Palu, yang berlangsung sampai tanggal 30 September ini. Total ada 30 peserta yang ikut, terdiri atas 27 orang dari Indonesia, tiga orang dari luar negeri yakni Singapura, Belgia dan Korea.
"Sebagian besar atlet dan pendukung acara menginap di hotel tersebut (Roa-Roa Palu)," katanya.
Menurutnya, perlombaan Paralayang Palu Nomoni telah berlangsung sejak tanggal 25 September. Pada hari Jumat (28 September) para atlet telah menyelesaikan babak ketiga sebelum waktu Salat Jumat. Setelah selesai seluruh atlet kembali ke penginapan. Sebelum gempa mengguncang Palu sekitar pukul 17.02 WIB, sebanyak 20 atlet ke luar mencari makan malam, sisanya peserta masih di hotel.
"Dua puluh orang yang keluar hotel mencari makan ini Alhamdulillah selamat, tapi yang 10 orang masih berada di hotel Roa-roa ini tertimbun di hotel," katanya.
Yudha mengatakan, informasi tujuh orang atlet bersama tiga pendukung lainnya masih berada di dalam hotel yang ambruk usai diguncang gempa diketahui dari Viki, salah satu atlet yang berhasil selamat.
Viki pada saat kejadian gempa berada di hotel bersama 10 orang lainnya. Ia berhasil selamat keluar dari hotel, tetapi dalam kondisi cedera luka patah leher."Viki lolos dari reruntuhan hotel, akhirnya dievakausi warga, pada saat runtuh, posisinya ada di ujung pintu hotel," kata Yudha.
Saat dievakuasi kondisi Viki terjepit oleh reruntuhan hotel, berhasil dievakuasi oleh warga sekitar. "Dari Viki kami dapatkan informasi ke tujuh atlet ini saat kejadian berada di belakangnya sedang berupaya menyelamatkan diri, tetapi sudah tidak sempat hotel keburu ambruk," katanya.
Hotel Roa-Roa termasuk hotel besar yang sering digunakan untuk kegiatan, terdiri dari delapan lantai. Hotel tersebut kini rubuh akibat guncangan gempa berkuatan 7,4 SR yang mengguncang Palu.
Menurut Yudha, sampai saat ini masih terdengar suara minta tolong dari dalam reruntuhan Hotel Roa-Roa, tetapi upaya evakuasi karena keterbatasan alat berat masih dilakukan menggunakan alat seadanya. "Tim evakuasi yang ada saat ini juga terbatas, alat-alat juga terbatas, sehingga tidak maksimal, cenderung bekerja seadanya, padahal Hotel Roa-Roa cukup parah ambruk habis," kata Yudha.
Sumber :
Tujuh atlet paralayang yang mengikuti kejuaraan Palu Nomoni 2018 belum ditemukan pascagempa berkekuatan 7,4 magnitudo yang mengguncang Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah.
"Informasi terbaru yang kami dapatkan, saat ini tim Basarnas sudah ada di lokasi hotel Roa-roa tempat atlet menginap, tetapi evakuasi masih menggunakan alat seadanya," kata Ketua Paralayang Indonesia, Wahyu Yudha saat dihubungi Antara di Bogor, Minggu.
Tujuh atlet paralayang yang belum ditemukan ini satu orang bernama Dong Jin asal Korea. Sisanya adalah atlet Indonesia yakni Reza Kambey, Ardi Kurniawan, Fahmi Malang, Glen Mononutu, Franky Kowas, dan Petra. Reza Kambey dan Ardi Kurniawan adalah dua atlet yang ikut dalam Pelatnas Asian Games 2018.
Selain ketujuh atlet ini, ada tiga orang pendamping kegiatan yang juga belum ditemukan, diduga masih tertimbun reruntuhan hotel Roa-Roa Palu.
Yudha menjelaskan, pada tanggal 25 September, Paralang Indonesia mengadakan kegiatan lomba 'cross country' (Xc) atau lintas alam di Palu, yang berlangsung sampai tanggal 30 September ini. Total ada 30 peserta yang ikut, terdiri atas 27 orang dari Indonesia, tiga orang dari luar negeri yakni Singapura, Belgia dan Korea.
"Sebagian besar atlet dan pendukung acara menginap di hotel tersebut (Roa-Roa Palu)," katanya.
Menurutnya, perlombaan Paralayang Palu Nomoni telah berlangsung sejak tanggal 25 September. Pada hari Jumat (28 September) para atlet telah menyelesaikan babak ketiga sebelum waktu Salat Jumat. Setelah selesai seluruh atlet kembali ke penginapan. Sebelum gempa mengguncang Palu sekitar pukul 17.02 WIB, sebanyak 20 atlet ke luar mencari makan malam, sisanya peserta masih di hotel.
"Dua puluh orang yang keluar hotel mencari makan ini Alhamdulillah selamat, tapi yang 10 orang masih berada di hotel Roa-roa ini tertimbun di hotel," katanya.
Yudha mengatakan, informasi tujuh orang atlet bersama tiga pendukung lainnya masih berada di dalam hotel yang ambruk usai diguncang gempa diketahui dari Viki, salah satu atlet yang berhasil selamat.
Viki pada saat kejadian gempa berada di hotel bersama 10 orang lainnya. Ia berhasil selamat keluar dari hotel, tetapi dalam kondisi cedera luka patah leher."Viki lolos dari reruntuhan hotel, akhirnya dievakausi warga, pada saat runtuh, posisinya ada di ujung pintu hotel," kata Yudha.
Saat dievakuasi kondisi Viki terjepit oleh reruntuhan hotel, berhasil dievakuasi oleh warga sekitar. "Dari Viki kami dapatkan informasi ke tujuh atlet ini saat kejadian berada di belakangnya sedang berupaya menyelamatkan diri, tetapi sudah tidak sempat hotel keburu ambruk," katanya.
Hotel Roa-Roa termasuk hotel besar yang sering digunakan untuk kegiatan, terdiri dari delapan lantai. Hotel tersebut kini rubuh akibat guncangan gempa berkuatan 7,4 SR yang mengguncang Palu.
Menurut Yudha, sampai saat ini masih terdengar suara minta tolong dari dalam reruntuhan Hotel Roa-Roa, tetapi upaya evakuasi karena keterbatasan alat berat masih dilakukan menggunakan alat seadanya. "Tim evakuasi yang ada saat ini juga terbatas, alat-alat juga terbatas, sehingga tidak maksimal, cenderung bekerja seadanya, padahal Hotel Roa-Roa cukup parah ambruk habis," kata Yudha.
Sumber :
Comments
Post a Comment