Misteri Pasar " Setan " Di Puncak Gunung Lawu, Mungkin Anda Pernah Mengalaminya
Misteri Pasar " Setan " Di Puncak Gunung Lawu, Mungkin Anda Pernah Mengalaminya
KARANGANYAR - Gunung Lawu berdiri kokoh di tiga kabupaten dan jadi pemisah antara Jawa Tengah dan Timur. Tiga kabupaten tersebut meliputi Karanganyar (Jawa Tengah), Megatan dan Kabupaten Ngawi (Jawa Timur).
Gunung dengan ketinggian 3.265 meter di atas permukaan laut ini selalu dikaitkan dengan kisah-kisah mistis. Pasalnya, selain menjadi sasaran para pencinta alam, gunung ini kerap didatangi masyarakat yang percaya kegiatan-kegiatan supranatural, seperti bertapa.
Gunung Lawu dahulunya bernama Wukirmahendra dan berjuluk gunung seribu satu kisah karena begitu banyak cerita mengenai gunung ini. Gunung ini juga dijuluki pakunya Pulau Jawa.
Pendakian Gunung Lawu dapat melalui tiga jalur, yakni Cemoro Kandang di Blumbang, Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar; Cemoro Sewu di Magetan, Jawa Timur; lalu Candi Cetho di Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar.
Jalur Candi Cetho merupakan yang paling banyak kisah mistisnya. "Bila Gunung Lawu diibaratkan sebuah rumah, Cemoro Kandang dan Cemoro Sewu bukan pintu masuk. Pintu masuk utama ke Gunung Lawu itu di atas Candi Cetho, Ngargoyoso," papar Kepala Desa Girimulyo, Kecamatan Ngargoyoso, Suparno.
Menurut Suparno, Candi Cetho ini menjadi jalur yang paling ditakuti, meski yang tercepat menuju puncak bila dibanding melalui Cemoro Sewu atau Cemoro Kandang. Selain karena mistis, beberapa area di jalur pendakian pun cukup terjal.
"Begitu memutuskan mendaki melalui jalur ini, sudah dihadapkan dengan medan yang sangat terjal. Bila lengah sedikit saja, bisa terjatuh jurang," jelas Suparno.
Tak hanya medan yang sulit, jalur pendakian Candi Cetho paling sering berkabut. Ditambah banyak cekungan-cekungan, yang membuat pendaki bingung hingga akhirnya tersesat. Di jalur pendakian ini juga terdapat sabana luas yang biasa disebut pasar setan.
Di tempat itu, sejumlah pendaki mengaku pernah mendengar suara riuh layaknya di pasar. Bahkan ada yang menawarkan barang-barang. Konon bila mendengar suara tersebut, pendaki harus membuang apa saja di sana, layaknya sedang bertransaksi jual beli di pasar.
"Yang disebut para pendaki sebagai pasar setan, sebenarnya sebuah lahan di lereng Gunung Lawu yang penuh dengan ilalang. Angin di sana berhembus cukup kencang. Jadi akibat tiupan angin, menimbulkan suara-suara seperti orang bertransaksi," terangnya.
Di sisi lain, Gunung Lawu termasuk dalam kategori 'gunung tidur' karena sudah lama sekali tidak menujukkan aktivitas vulkanik meski berstatus gunung api. Gunung Lawu masuk jajaran tujuh puncak tertinggi di Pulau Jawa.
Salah satu tokoh yang paham seluk beluk Gunung Lawu, Polet -biasa disapa Pak Po-, tak menampik Gunung Lawu merupakan gunung penuh misteri. "Sampai sekarang, Lawu itu belum terungkap misteri atau jati dirinya. Contoh yang paling nyata sampai sekarang tidak pernah ditemukan kuburan eyang Lawu & Sunan Lawu," jelasnya.
Selain kisah misteri di jalur Candi Cetho, ada pula cerita mengenai burung jalak misterius di Gunung Lawu, bernama kyai jalak lawu. Konon, burung itu jelmaan dari Kyai Jalak yang merupakan abdi dalem setia Prabu Brawijaya V yang dulunya ditugaskan menjaga Gunung Lawu.
Bila biasanya burung jalak Lawu berwarna hitam, khusus burung misterius itu berwarna gading. Tidak semua pendaki bisa bertemu burung kyai jalak. Kyai Jalak sering menjadi pemandu bagi para pendaki yang tersesat.
"Jika pendaki berniat baik, kyai jalak akan mengantar pendaki sampai ke Puncak Gunung Lawu. Burung kyai jalak bertemu para pendaki, bukan untuk mencelakai, namun sebagian dari tugasnya menjaga dan menjadi penunjuk jalan bagi para pendaki," terang Pak Po.
Selain kyai jalak sebagai penunjuk jalan, kadang kala muncul kupu-kupu hitam dengan bulatan besar berwarna biru mengikilap di tengah kedua sayapnya. "Katanya jika pendaki melihat kupu-kupu itu adalah pertanda bahwa kehadiran pendaki disambut baik oleh penjaga Gunung Lawu. Jangan pernah menganggu, mengusir dan membunuhnya," ungkapnya.
Ada pula pantangan bagi para pendaki Gunung Lawu. Pendaki dilarang mengenakan pakaian berwarna hijau daun dan dilarang mendaki puncak Lawu dengan rombongan berjumlah ganjil. “Takutnya nanti akan tertimpa kesialan. Satu hal lagi yang harus diingat, jika tiba-tiba ada kabut dingin dibarengi suara gemuruh, jangan nekat naik. Turun saja atau berbaring tertelungkup di tanah," pesannya.
Tiga puncak Gunung Lawu juga menyimpan misteri dan dianggap tempat sakral. Harga Dalem diyakini sebagai tempat pamoksan (menghilangnya) Prabu Brawijaya, Harga Dumiling diceritakan sebagai tempat pamoksan Ki Sabdopalon yang merupakan abdi setia Prabu Brawijaya, dan Harga Dumilah tempat meditasi penganut kejawen. Gunung ini juga dipercaya sebagai tempat persinggahan Brawijaya V (Raja Majapahit terakhir) yang akhirnya menghilang bersama raganya alias muksa.
Comments
Post a Comment