Ini Dia Teknologi Pemecah Ombak Tsunami Paling Unik! Nampak Sepele Tapi Efektif
Akademi Bambu Nusantara, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), bisa menjadi tujuan wisata alternatif bagi warga Tangsel. Di tempat ini, warga bisa mengenal jenis tanaman bambu yang ada di Indonesia, dan dunia.
Juga, berbagai manfaat yang bisa dihasilkan dari kerajinan bambu. Mulai dari alat musik, material bangunan, sepeda, hingga teknologi pemecah ombak tsunami. Bagi yang asing dengan bambu, pasti akan bertanya-tanya, apa mungkin bambu sanggup menahan gelombang tsunami di laut Jawa yang sangat menghancurkan itu?
Pendiri Akademi Bambu Nusantara, Muqoddas Syuhada mengatakan, ada sekira 165 jenis bambu di Indonesia yang sudah ditemukan. Di luar itu, masih banyak jenis bambu lain, yang belum teridentifikasi menurut jenisnya.
"Termasuk jenis bambu yang bisa hidup di air asin. Kita sudah menemukan bambu yang hidup di laut. Saya temukan di Raja Ampat, Papua Barat. Ini bisa menggantikan bakau," kata Muqoddas saat berbincang dengan SINDOnews di Ciater, Senin (19/2/2019). Bambu dari Papua inilah yang digunakan untuk pemecah ombak tsunami. Teknologi ini, masih termasuk baru di dunia, dan belum pernah diujicoba pada sebelumnya.
"Bakau itu tumbuhnya lama, bisa puluhan tahun. Kalau bambu, tiga tahun saja. Jadi batang bambu yang panjang, bisa 8-16 meter itu, kita tancapkan di laut. Hebatnya, bambu dibebankan berapapun tidak akan tenggelam, karena dalamnya solid," katanya.
Saat ditanam terlalu lama di laut, bambu juga akan menjadi fosil. Berbeda dari logam yang lama kelamaan akan habis. Selama tujuh tahun melakukan penelitian, akhirnya diketahui bambu juga lebih kuat dari besi.
Dijelaskan dia, pemecah ombak tsunami itu terdiri dari beberapa lapis bambu. Lapis pertama berada di tengah lautan. Sejumlah batang bambu, ditancapkan ke dalam laut. "Lalu di atasnya kita kasih botol bekas, dan dikasih tanah. Di atas tanah itu ditanami bibit bambu lagi. Jenis apa saja. Kita akan lakukan bersama PT Banten West Java. Jadi ditempat wisatanya," jelasnya.
Pada lapis kedua, ditanam bambu air asin dari Papua. Bambu yang hidup ini, akan menambahkan kekuatan dari terjangan ombak tsunami. Lapis ketiga hingga kelima, ditanam batang bambu betung yang besar. "Bambu-bambu itu bisa 10 meter persegi. Tinggal dihitung berapa kilo. Kita mau uji coba 1 kilo dulu, di lepas pertama 100 bibit, untuk batangnya ada 10.000. Bambu-bambu itu yang akan membelah ombak. Sehingga, sampai daratan ombak hilang," terangnya.
Setelah bambu terpasang, maka tercipta wisata pantai baru. Yakni, wisata hutan bambu di bibir pantai. Teknologi pemecah ombak tsunami dari bambu ini, hanya diterapkan pada titik-titik rawan tsunami. Teknologi ini juga diakuinya menghemat anggaran cukup besar. Bambu dihitung permeter persegi seharga Rp2 juta. Sangat jauh dibandingkan dengan harga beton.
"Sebelum 26 April, saat Hari Kebencanaan Nasional, ini sudah bisa dilakukan. Kita sudah observasi, dan melakukan penelitian tujuh tahun, di seluruh dunia. Hasil penelitiannya, bambu lebih kuat dari besi," sambungnya.
Sementara itu, Wali Kota Tangsel Airin Rachmi Diany mengatakan, sejak didirikan pada 2015 lalu, Akademi Bambu Nusantara ini sempat mengalami pasang surut. Markas mereka hancur ditiup angin puting beliung, dan mulai kembali lagi, pada 2019.
Perkembangan komunitas perajin bambu di Nusantara itu pun kian bertambah pesat. Sehingga menarik dukungan Pemerintah Kota (Pemkot) Tangsel untuk intervensi. "Kami akan intervensi pembangunan sarana dan prasananya, fasilitasnya. Realisasinya nanti, di APBD tahun 2020. Nantinya, Taman Kota BSD 2, Jaletreng Riverside, akan terkoneksi langsung dengan Akademi Bambu Nusantara," ujar Airin di Ciater.
Dilanjutkan dia, pembangunan Akademi Bambu Nusantara kedepan, sudah menjadi perencanaannya. Terutama, dalam mengembangkan wisata kota yang edukatif."Memang nanti arahnya akan ke sana, dan Taman Kota 2 dengan Akademi Bambu Nusantara akan tersambung. Sehingga, bisa menjadi wisata dalam kota alternatif. Di sini juga kita bisa belajar banyak," ucapnya.
Sumber
Comments
Post a Comment