Kisah Memilukan Mumun, Wanita Tua yang Keliling Tawarkan Ginjalnya Demi Pengobatan Suami
Kemiskinan kerap menjadi pemicu tindakan seseorang berbuat nekat. Hal-hal mendesak seperti kebutuhan hidup ataupun biaya pengobatan, tak jarang membuat masyarakat kecil kalap dan tak lagi menggunakan akal sehat dalam bersikap.
Inilah yang terjadi pada seorang perempuan tua bernama Mumun Sumiyati yang rela menjual ginjalnya untuk biaya pengobatan sang suami. Sudah beberapa hari ini perempuan 58 tahun itu sembari duduk di pinggiran stasiun Bekasi, Jalan Raya Perjuangan, Margamulya, Kota Bekasi, Jawa Barat, menawarkan ginjalnya kepada warga yang lalu lalang.
Dengan bermodalkan kardus dan selembar karton yang bertuliskan permohonan bagi yang ingin membeli ginjalnya, warga Jalan Raya Rawa Indah 2, RT 04 RW 02, Pondok Terong, Bojong Gede, Kabupaten Bogor itu mengharap belas kasihan para dermawan untuk pengobatan suaminya yang menderita penyakit komplikasi.
"Ya terpaksa harus begini, mau gimana lagi. Saya butuh uang banyak buat berobat suami. Sakit komplikasi, udah parah, ada jantung, gula darah, hipertensi sama penyempitan tulang pinggang," kata Mumun di Bekasi, Selasa (2/4/3019).
Ia menceritakan, sang suami yang kini berusia 64 tahun, dulunya bekerja sebagai sopir serabutan sebelum akhirnya terkena komplikasi. Sejak itulah Mumun menjadi tulang punggung menggantikan suami mencari nafkah. Di usia yang beranjak senja, ia harus membanting tulang untuk biaya makan, sewa rumah hingga pengobatan suami tercinta.
"Obat suami sehari itu Rp200ribu. Memang ya ada BPJS, tapi nggak bisa semuanya ditanggung. Belum lagi bayar kontrakan Rp700ribu sebulan, ditambah biaya makan sehari-hari," keluhnya.
Karena tingginya biaya yang harus ditanggung, Mumun pun akhirnya nekat menjual ginjalnya, meski ia tahu hal itu akan membahayakan kesehatannya. Sebelumnya ia menawarkan ginjal di wilayah Jakarta, Bogor dan Depok, namun tak membuahkan hasil. Dan sudah dua hari terakhir ia menawarkan ginjalnya di stasiun Bekasi. Ia berangkat dari kontrakannya menuju lokasi dengan menaiki KRL.
"Ya begini (menawarkan ginjal) sudah dari 2017, tapi belum ada yang mau beli. Cuma ada yang ngasih sedekah aja. Saya juga udah bingung mau kerja apalagi. Sekarang saya udah nggak kuat lagi. Dibawa jalan aja kaki udah sakit," ungkapnya lirih.
"Padahal suami harus beli obat seminggu sekali, sekalian kontrolnya di rumah sakit. Ya jadi pakai uang hasil sedekah orang-orang aja," akunya.
Mumun mengaku ikhlas menjual ginjalnya demi pengobatan sang suami. Ia juga berencana akan membeli sebuah rumah dari hasil menjual ginjal. Dengan begitu, kata dia, akan lebih meringankan bebannya mencari nafkah karena tak perlu lagi dipusingkan dengan biaya kontrakan.
"Ya beli rumahnya yang kecil aja yang penting rumah sendiri. Jadi kan ga pusing lagi soal kontrakan, tinggal cari buat berobat suami. Kalau dihabiskan semua buat berobat, nanti bingung lagi buat kontrakan," katanya.
Mumun bahkan menyimpan rapat niatannya menjual ginjal dari sanak keluarganya, karena tidak ingin merepotkan dan membebani mereka yang hidupnya juga serba kekurangan.
"Anak saya semua di Cianjur, yang satu ngojek, satu lagi buruh cuci. Buat hidup sehari-hari aja kurang. Mau pinjam ke saudara juga nggak enak, takutnya ada gimana-gimana. Jadi diam-diam aja begini," tandasnya.
Sumber
Comments
Post a Comment